Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW

- 15 Oktober 2021, 13:59 WIB
Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW /Utaratimes/

Saudara-saudara sekalian, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan minat yang belebih lebihan sebagaimana biasa, saya mendengarkan pidato Saudara Muljadi Djojomartono, yang dalam pidato itu mengatakan bahwa penilaian manusia terhadap Nabi Besar Muhammad SAW bisa dimasukkan dalam tiga kategori.

Ada yang kurang, ada yang berlebih-lebihan, ada yang adil. Saya sebagai manusia, lantas mengakui diri saya sendiri di dalam menilai Nabi Besar kita SAW, saya ini termasuk dalam kategori yang mana di dalam penilaian saya kepada Nabi Kita? Apakah saya masuk kepada orang yang berkurang penilaiannya? Tidak.

Saya bisa mengatakan tidak sebab saya amat tinggi pengagungan saya kepada Muhammad SAW. Apakah saya termasuk kategori orang yang berlebih-lebihan menilai Nabi Muhammad? Tidak pula, sebab sayapun mengetahui bahwa Muhammad adalah manusia biasa, yang makan, yang minum, yang dilahirkan, yang kawin, yang berbuat seperti kita sekalian, tetapi beliau mendapat wahyu. Apakah saya termasuk dalam kategori orang yang penilaiannya adil?

Terus terang Saudara-saudara, dalam memikirkan hal itu saya seperi udak mempunyai meter, tidak mempunyai ukuran, jadi saya ini masuk & dalam kategori apa? Kurang? Nyata tidak. Berlebih-lebihan? Tidak. Adil? Meteran, ukuran yang saya pakai, sering tidak —kata orang Jawa tidak gaduk, tidak sampai, sebab ukuran yang saya pakai adalah sekedar ukuran yang manusia pakai.

Saya memakai ukuran yang keluar dari otak saya, saya memakai ukuran yang keluar dari hati saya, saya memakai ukuran yang dan pendapat dari kitab-kitab. Terus terang saja, dengan mengucap syukur alhamdulillah terhadap kepada Allah SWT, banyak sekali kitab-kitab yang saya baca mengenai sejarah, biograpy, perbuatan-perbuatan, ajaran-ajaran Nabi Besar kita.

Dengan meteran-meteran yang saya pendapat dari otak saya sendiri, dari hati saya, dari apa yang saya baca itu, ukuran yang dipakai kadang-kadang tidak gaduk, —entah apa bahasa Indonesianya tidak gaduk Kalau saya mau mencapai lampu ini, meskipun saya sudah jinjit, tangan saya sudah saya ulur-ulurkan, saya tidak gaduk mencapai lampu ini, Nah dengan ukuran yang saya perdapat dari otak, dari hati, dari kitab-kitab, dari segala cerita-cerita, saya mau mengukur Muhammad SAW, tidak gaduk.

Jadi saya ini Saudara Muljadi, Saudara masukkan di dalam kategori mana? Saya tegas menolak kalau dimasukkan di dalam kategori kurang Saya tegas menolak jikalau dimasukkan di dalam kategori berlebih-Jebihan. Saya tidak tahu apakah kategori adil itu bisa dicapkan juga kepada saya.

Coba Saudara-saudara, tadi oleh Saudari Jasni MS -—saya tidak tahu MS itu apa artinya, barangkali Muhammad SalehJasni Muhammad Saleh, binti Muhammad Saleh, dan diceritakan pula oleh Saudari Leila Rosalina Rusam, —Leila Rosalina Rusam adalah keponakan Duta Besar kita di Moskow, Saudara Adam Malik—, juga dikatakan oleh YM Menteri Agama, juga oleh Pak Muljadi Djojomartono, bahwa Nabi dilahirkan sebagai anak yang miskin, bahwa Nabi hidup di padang pasir, bahwa Nabi adalah seorangorang yang tidak bisa membaca dan menulis, orang ummi.

Kita bisa membaca dan menulis. Tadi saya berkata bahwa saya telah membaca buku beribu-ribu, boleh dikatakan ... tetapi dengan nyata demikian. Saya mempunyai bibliotiek, beribu-ribu yang semuanya sudah saya baca. Jadi keadaan Nabi lain sekali dengan keadaan kita.

Halaman:

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah