Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW

- 15 Oktober 2021, 13:59 WIB
Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Teks Pidato Lengkap Maulid Nabi dari Soekarno untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW /Utaratimes/

Kita dilahirkan, ya meskipun miskin, toh tidak semiskin Muhammad anaknya Abdullah. Kita dilahirkan di dalam satu alam yang kaya raya, yang penuh dengan rumahrumah gedung, penuh dengan pohon-pohon, penuh dengan bunga-bungaan, penuh dengan buah-buahan, penuh dengan kekayaan-kekayaan yang lain, kita dilahirkan di dalam satu alam yang memberi pengetahuan kepada kita.

Beliau tidak. Beliau dilahirkan sebagai anak yang miskin, sebagai anak yang menggembala kambing, dilahirkan di dalam satu padang pasir, entoh Saudara-saudara, beliau mencapai pucuk, puncak daripada ketinggian yang bisa dicapai manusia.

Anak kecil, sengsara, kemudian tumbuh, menjadi besar, kadang-kadang pada malam hari pergi ke padang pasir, jauh dari daripada kampung dan desanya. Tidak seperti kita bisa melihat lampu listrik, bisa melihat indahnya gedung-gedung, bisa melihat trem dan otobus dan motorcar. Beliau tidak bisa membaca tulisan tetapi hanya bisa membaca kemerlipan bintang di langit. Beliau tidak ada guru kata Pak Muljadi Djojomartono, beliau tidak ada kyai yang boleh disebut bahwa kyai itulah beliau punya ustad.

Beliau mendapat wahyu, beliau didatangai oleh malaikat Jibril. Demikian menghikmatnya, datangnya malaikat Jibril ini kepada Muhammad, sehingga di dalam salah salah satu kitab yang saya baca, pada waktu dasyatnya Muhammad pertama kali berhadapan malaikat Jibril ini akan melihat kemuka kelihatan Jibril, melihat ke kanan kelihatan Jibril, melihat kekiri kelihatan Jibril, melihat keatas kelihatan Jibril, melihat kebawah kelihatan Jibril, terus seperti milyunan Jibril mengelilingi beliau.

Orang yang demikian ini Saudara-saudara, bagaimana kita mesti menilainya agar supaya penilaian kita bisa dinamakana adil? Saya coba mengukur, tidak gaduk, Pak Muljadi. Tidak gaduk. Di dalam satu generasi beliau telah, —Pak Muljadi sendiri berkata mengadakan perubahan besar yang lima macam. Beliau mengadakan revolusi yang maha hebat, beliau mengadakan revolusi panca-muka yang maha hebat, sebagaimana juga sekarang ini Republik Indonesia mengadakan revolusi yang maha hebat.

Beliau mengadakan —seperti yang berulang-ulang kita katakan mengenai Republik kita- summing up of my revolutions in one generation, banyak revolusi- revolusi yang sudah beliau adakan di dalam satu generasi, di dalam satu angkatan.

Beliau mengadakan revolusi politik. Pak Muljadi berkata bahwa yang tadinya terpecah-pecah dalam beberapa suku, menjadi satu negara kesatuan. Itu adalah revolusi politik.

Beliau mengadakan revolusi ekonomi, yang tadinya revolusi ekonomi berdasarkan pada exploitation de l'homme par I'home, penghisapan manusia oleh manusia, dengan hukum-hukum ekonomi yang beliau adakan, maka ekonomi lantas menjadi satu ekonomi yang adil.

Beliau mengadakan revolusi sosial, antara lain mengenai wanita, yang derajat wanita diangkat.

Beliau mengadakan revolusi kultur, yang tadinya kultur Arab adalah rendah sama sekali, tetapi kemudian, sesudah mendapat pancaran keindahan jiwa daripada agama Islam, kultur ini naik keatas, sehingga sampai Sekarang, kita masih kagum kalau kita melihat kultur Islam di Granada, di Kairo, di Istanbul, di Samarkand dan di kota-kota lain-lain.

Halaman:

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah