Selamat Hari Pahlawan, Kisah Pejuang Perempuan dari Tanah Minahasa, Pendiri Sekolah Rumah Tangga

- 10 November 2020, 06:34 WIB
Maria walanda maramis/pahlawannasional/PIKAT
Maria walanda maramis/pahlawannasional/PIKAT /Depok.pikiranrakyat.com/

 

UTARA TIMES- (10/11) Di sudut Timur Sulawesi Utara, tepatnya di Desa Kema, Maria Walanda Maramis dilahirkan pada tanggal 1 Desember 1872 dengan nama lengkap Maria Josephine Catharina Maramis. Ia lahir dari pasangan Bernardus Maramis dan Sarah Rotinsulu.

Namun saat usia Maria enam tahun, kedua orang tuanya meninggal akibat wabah kolera yang melanda pada saat itu.

Baca Juga: Penjemputan HRS, Pihak Bandara; Semuanya Berjalan Seperti Biasa

Kemudian ia diasuh oleh pamannya yang bernama Ezau Rotinsulu di Airmadidi bersama dengan kedua saudaranya bernama Antje dan Andrias.
Sejak itu, Maria dan kakak perempuannya disekolahkan di Sekolah Melayu setingkat sekolah dasar di Airmadidi.

Di sekolah ini para siswanya belajar membaca dan menulis, serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah (Atmosiswaroputro dalam Khairul Tri Anjani dkk, Jurnal Candrasangkala Vol. 5 No.2, November 2019: 43).
Sebagaimana di daerah-daerah lain, kesempatan untuk menimba ilmu lebih lanjut sangat kecil bagi perempuan.

Baca Juga: Ada 26 Proyek KBPU Masih Tahap Transaksi

Sesuai adat Minahasa kala itu, seusai tamat sekolah dasar, perempuan harus menolong mengurus rumah tangga. Mereka harus belajar memasak, menjahit, mencuci, dan menyetrika pakaian, serta harus menekuni apa saja yang ada hubungannya dengan rumah tangga.

Sampai tiba saatnya calon suami datang melamar (Maramis dalam Irkfa Zuhayriah Tanjung dkk, JOM FKIP Vol. 5, Edisi 1 Januari-Juni 2018: 5).

Berangkat dari realita itu, Maria tergerak untuk berbuat sesuatu demi menolong kaumnya. Berbagai cara telah dilakukan Maria, namun aral melintang sehingga cita-cita itu tidak segera terwujud.

Baca Juga: Akan Revolusi Akhlak, Mahfud MD; Tertib Dulu Dalam Penjemputan

Alih-alih ingin meneruskan pendidikan, oleh pamannya Maria malah disodorkan calon suami bernama Joseph Frederik Calesung Walanda, seorang guru yang baru saja menyelesaikan sekolah pendidikan guru di Ambon.

Namun pernikahan tidak memutus harapan Maria. Sang suami justru memberi dukungan lebih, salah satunya dengan memasukkan putra-putrinya ke ELS (Europeesche Lagere School).

Baca Juga: Nicholas Saputra Perdana Posting Foto Wanita, Warganet Patah Hati Berjamaah!

Meskipun karena itu sang suami sempat kehilangan pekerjaan karena dicap pemberontak. Berkat dukungan-dukungan itu, lalu digagaslah organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1917.

Maria berpandangan bahwa seorang ibu adalah inti dari sebuah rumah tangga yang juga menjadi inti masyarakat. Ia harus bisa mendidik anaknya agar menjadi pribadi yang berguna.

Baca Juga: Ketua dan Anggota DPR Sepakat Sukseskan Pilkada

PIKAT merupakan langkah awal Maria untuk memberi kesempatan kaum hawa di sana mencecap pendidikan yang layak. Seiring bergulirnya waktu, PIKAT akhirnya sanggup membuka sekolah yang diberi nama Sekolah Rumah Tangga atau Huishouns School. Sekolah ini ditujukan untuk para gadis yang sudah siap berumah tangga.

Di dalamnya diajarkan keterampilan-keterampilan dan beberapa mata pelajaran lain. Sekolah ini bahkan berhasil menjual hasil dapur dan karya-karya jahitannya ke anggota dan donatur. Tentu itu adalah suatu pencapaian gemilang.

Baca Juga: Dibahas Pekan Ini Kepastian UMK Kota Bandung Naik Atau Tidak

Sang Pelopor tutup usia pada tanggal 22 April 1924. 45 tahun kemudian, Maria dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Tiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis.

Demi mengenang jasanya, telah dibuat sebuah patung Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat Kota Manado (Khairul Tri Anjani dkk, Jurnal Candrasangkala Vol. 5 No.2, November 2019 :46).

Baca Juga: Diduga penyebar video syur mirip Gisella Anastasia, 8 akun media sosial diselediki Polda Metro Jaya

Baca Juga: Miliki Potensi Mendukung, Sebanyak 15 Desa di Kudus Bakal Ditetapkan Sebagai Desa Wisata

Artikel ini ditulis oleh Ahmad Subchan Akademisi UIN Ciputat

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x