Begini Cerita Awal Mula Nur dkk Memutuskan untuk KKN di Desa Penari Hingga Detik-detik Kematian Bima dan Ayu

- 20 Mei 2022, 04:40 WIB
Begini Awal Mula Nur dkk Memutuskan untuk KKN di Desa Penari Hingga Detik-detik Kematian Bima dan Ayu, Simak Cerita Lengkapnya di Sini
Begini Awal Mula Nur dkk Memutuskan untuk KKN di Desa Penari Hingga Detik-detik Kematian Bima dan Ayu, Simak Cerita Lengkapnya di Sini /Twitter

semenjak kejadian itu. Nur merasa, firasatnya semakin buruk, di mulai dengan suara berbisik dari warga.
banyak warga yang mengeluhkan bahwa proker Ayu dan Bima adalah proker yang paling banyak di tentang, namun Nur belum paham alasan kenapa di tentang.

sampai Anton memberitahu.

“Bima, kancamu kui, kate gawe rumah bibit, nang nduwor Tapak tilas, yo jelas di tentang, wong enggon iku keramat” (temanmu si Bima, dia mau buat rumah bibit, di jalan tapak tilas, tentu saja banyak yang gak terima, itu tempat di keramatkan)
Nur masih belum mengerti maksud Anton.

“tapak tilas, nggon opo iku, kok sampe di larang, kan bagus proker’e gawe kemajuan desa iki” (Tapak tilas itu tempat apa, kok sampai di larang, kan bagus proker mereka untuk kemajuan desa ini) ucap Nur,
“yo aku gak eroh, wong, di larang kok” (ya aku mana tau, pokoknya di larang)

“nang ndi seh, nggon iku, kok aku gak eroh, awakmu isok ngeterno aku gak?” (dimana sih tempatnya, kok aku gak tau, kamu bisa antarkan aku kesana) ucap Nur penasaran
“Lha matamu, gendeng’a wong pak Prabu ae mewanti ojok sampe melbu kunu, iku ngunu langsung alas”

(lha, matamu, gila aja, pak Prabu sendiri melarang masuk kesana, itu tempat langsung ke hutan belantara)
namun, Nur masih penasaran, sehingga ia tetap bersikeras mau kesana, jadi ia bertanya pada Anton meski dengan mengatakan bahwa ia bertanya untuk menghindari tempat itu.

Anton, setuju. ia memberitahu ancer (letak) tempat itu berada, yang ternyata adalah lereng bukit dengan satu jalan setapak ke atas, di sampingnya, memang adalah perkebunan ubi tempat Bima dan Ayu melaksakan proker, namun, sore itu, 2 anak itu tidak ada disana. entah kemana.
setelah selesai memberitahu, Anton mengajak Nur pergi darisana, namun, Nur mengatakan, sore ini ada janji temu dengan pak Prabu, jadi jalan mereka akan berpisah disini. meski awalnya Anton curiga, namun akhirnya ia percaya dan pergi.
setelah Anton pergi, Nur menatap tempat itu

ia menatap lama, gapura kecil, sama seperti yang lain, ada sesajen disana, tidak hanya itu, gapura itu di ikat dengan kain merah dan hitam, yang menandakan bahwa tempat itu sangat di larang, namun, insting rasa penasaranya sudah tidak tertahankan lagi, seperti memanggil.
jalanya menanjak dengan sulur akar dan pohon besar disana-sini, butuh perjuangan untuk naik, namun anehnya, jalan setapak ini seperti sengaja di buat untuk satu orang, sehingga jalurnya mudah untuk di telusuri, menyerupai lorong panjang dengan pemandangan alam terbuka.
Nur menyusuri tempat itu, langit sudah berwarna orange, menandakan hanya tinggal beberapa jam lagi, petang akan datang.
meski tidak tahu apa yang Nur lakukan disini, namun perasaanya seolah terus menerus mendesaknya untuk melihat ujung jalan setapak ini, kemana ia membawanya.

angin berhembus kencang, dan tiap hembusanya, membawa Nur semakin jauh masuk ke dalam, ia tidak akan bisa keluar dari jalan setapak karena rimbunya semak belukar dengan duri tajam yang bisa menyayat kulit dan kakinya.
namun, ia semakin curiga, semakin masuk, sesuatu ada disana

tetapi, ia harus kecewa, ketika di ujung jalan, bukan jalan lain yang ia lihat, namun, semak belukar dengan pohon besar menghadang Nur, di bawahnya di tumbuhi tanaman beluntas yang rimbun, jalan ini, tidak dapat di lewati lagi.
lalu, kenapa tempat ini seolah di keramatkan.

Halaman:

Editor: Anas Bukhori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah