Satu yang coba Widya yakini, mungkin, mereka tidak melihat kampung tadi saja, yang terpenting, di jalan setapak ini, desa KKN mereka sudah semakin dekat.
Sesampainya di kampung, Wahyu pergi mengembalikan motor, sedangkan Widya sudah ditunggu oleh semua anak, mereka khawatir, berdiri menunggu di teras rumah.
“Tekan ndi seh?? kok suwe’ne” (darimana sih? kok lama sekali) kata Ayu,
“Tekan kota, belonjo keperluan kene” (dari kota, belanja keperluan kita)
Nur membuang muka melihat Widya, sudah biasa, kadang Nur memang seperti itu, setelah dia menceritakan kejadian kemarin, ia tidak lagi mau membicarakan itu, sekarang, dia sedikit menjauhi Widya, dan ia merasakan itu, sangat terasa.
Di suasana tegang itu, hanya Bima yang mencoba mencairkan suasana, “Wes ta lah, kok kaku ngene seh”(sudahlah, kok canggung gini)
Bima menggandeng Widya, menyuruhnya masuk rumah, “Awakmu pegel kan” (kamu pasti capek kan).
Tidak beberapa lama, Wahyu sudah datang, ia masuk ke rumah, tanpa membuang2 waktu, alih-alih ia istirahat, Wahyu dengan suara menggebu-gebu bercerita kalau baru saja mengalami kejadian tidak mengenakan atas insiden motor, sampai dibantu, orang kampung, tidak lupa, ia bercerita tentang penari yang ia temui, kecantikanya, ia ceritakan semua
Editor: Anas Bukhori