Sejarah Peralihan Mitos kuna Tradisional Hingga Menuju Populernya Kebudayaan Hindu Jawa Di Nusantara

12 November 2020, 08:58 WIB
Ilustrasi karya kebudayaan hindu /Pixabay

 

UTARA TIMES- (12/11) Pulau Jawa merupakan daerah yang mendapatkan pengaruh paling banyak dari penyebaran agama Hindu, sekaligus sebagai awal mula pusat peradaban Hindu.

Hal tersebut berakibat pada meruahnya mitos yang justru berkembang menjadi kekayaan kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Baca Juga: Poster Drama ‘City Couple’s Way of Love’ Rilis, Ji Chang Wook Dan Kim Ji Won Perlihatkan Kegemasan

Sebut saja mitos Sikunir Dieng yang berubah menjadi kearifan ekologi, mitos Ratu Kidul yang sangat terkenal di seluruh penjuru pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang berkembang menjadi beragam seni budaya dan ritual adat istiadat bahkan dijadikan sebagai agenda lokal di saat-saat tertentu menurut perhitungan kalender Jawa.

Tak hanya itu, peninggalan kebudayaan Hindu lainnya adalah kesusastraan Kuna yang menjadi keistimewaan para penikmat seni wayang yaitu kitab Ramayana dan Mahabharata. Kitab-kitab tersebut berasal dari kitab suci agama agama Hindu (Brahma, Syiwa, dan Wisnu).

Baca Juga: Liga Uji Coba, Spanyol Imbangi Belanda Dikandangnya, Donny Van de Beak Juru penyelamat

Pada tahun 898-910 M atau pada tahun Saka 820-832 Kitab Ramayana Hindu digubah menjadi kitab Ramayana Kakawin atau kitab Ramayana yang berbentuk tembang oleh pujangga Walmiki yang terdiri dari 7 jilid, dan disebut sebagai Kanda serta ditransformasi dalam bentuk syair sebanyak 24.000 sloka.

Selanjutnya, menurut Dr. Sukmono (1973) kitab Mahabharata pada masa pemerintahan Prabu Dharmawangsa Teguh di Jawa Timur tahun 991-1016 M semula ditulis dalam bahasa Kawi, dan masih berbentuk prosa.

Buku aslinya terdiri atas 18 jilid yang disebut sebagai Parwa. Kemudian setiap parwa terbagi lagi menjadi bagian yang juga disebut parwa dan digubah ke dalam bentuk syair sebanyak 100.000 sloka.

Baca Juga: Pernyataan Macron Berbuntut Ledakan Bom di Jeddah

Pokok cerita terdiri dari 24.000 sloka yang sebagian besar menceritakan Bharatayuda selama 18 hari, sehingga nama lengkap kitab tersebut dikenal dengan Kitab Maha Bharatayuda yang bermakna peperangan besar antara keluarga Bharata.

Menurut cerita, ada yang berpendapat bahwa kitab tersebut ditulis oleh Wiyasa Kresnadipayana, namun pendapatlain mengatakan bahwa kitab tersebut merupakan kumpulan kisah-kisah kehidupan sejak zaman Brahmana antara tahun 400 sebelum Masehi hingga tahun 400 sesudah Masehi.

Baca Juga: Jangan Tunda Waktu Makan Bila Terjadi Bisa Terkena Penyakit Batu Empedu, Ini Kata Dokter !

Berdasarkan dua waracarita di atas pula, lahirlah kisah-kisah baru yang berupa karangan berbahasa Kawi dengan sisipan kata-kata Sanskerta dalam versi Indonesia serta diberi sifat-sifat lokal yang seolah-olah semua terjadi di Indonesia, sehingga kedua waracarita tersebut tidak terasa asing, bahkan dianggap sebagai kisah kepahlawanan dan petualangan nenek moyang sendiri.

Mitos kuna tradisional dan kebudayaan yang berkembang di pulau Jawa dapat dikatakan sebagai bagian dari sumbangsih peradaban agama Hindu.

Baca Juga: Ketua PKS Nyatakan HRS Milik Seluruh Umat

Terlepas dari hal tersebut, kita sebagai bagian dari sejarah kebudayaan itu sendiri, perlu menggali lagi lebih dalam mengenai apa-apa yang telah terjadi di masa lampau demi memaknai arti kehidupan yang sesungguhnya.***

Editor: Anas Bukhori

Tags

Terkini

Terpopuler