Belajar Dari Rumah, Mesti Perhatikan Kesehatan Mental Siswa

- 31 Oktober 2020, 07:05 WIB
Ilustrasi belajar dari rumah.
Ilustrasi belajar dari rumah. /PEXELS/ August de Richelieu

"Sebenarnya, kondisi pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah berlangsung lama. Artinya, sudah banyak yang mulai bisa beradaptasi. Namun, ada juga yang justru makin terbebani. Salah satunya adalah siswa SMP di di Tarakan, Kalimantan Utara," katanya.

Baca Juga: BRI Berdayakan UMKM Hingga Siapkan Desa BRILian Untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan

Retno mengaku, mendengarkan langsung  penjelasan rinci dari ibunda korban dalam suatu dialog interaktif di salah satu TV Nasional pada 29 oktober 2020 pukul 6.45 sampai dengan 07.30 wib.

Menurutnya, ibunda korban menjelaskan siswa tersebut sebagai sosok pendiam dan memiliki masalah  dengan pembelajaran daring.

Anak korban lebih merasa nyaman dengan pembelajaran tatap muka, karena PJJ daring tidak disertai penjelasan guru, hanya memberi tuga-tugas saja yang berat dan sulit dikerjakan.

Baca Juga: Jabar Siapkan Platform Pendidikan

Retno menambahkan, ibu korban menjelaskan bahwa saat PJJ fase pertama, kesulitan PJJ masih bisa diatasi karena materi pembelajaran sudah sempat diterima para siswa selama 9 bulan dan saat PJJ sudah menjelang ujian akhir tahun.

Ketika PJJ fase kedua pada tahun ajaran baru (Juli, 2020), saat naik ke kelas IX (sembilan), semua materi baru dan penjelasan materi dari guru sangat minim, sehingga banyak soal dan penugasan yang sulit dikerjakan atau diselesaikan para siswa.

Akhirnya tugasnya menumpuk hingga jelang ujian akhir semester ganjil pada November 2020 nanti.

Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh, Kemenag Siapkan Bantuan Rp. 1,178 untuk Pendidikan Agama

Halaman:

Editor: Abdul Hapid Badrudin

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x