4 Logat Uniknya Bahasa Betawi, Suku Asli Yang Mendiami Kota Metropolitan

- 13 November 2020, 16:29 WIB
ILUSTRASI budaya Betawi.
ILUSTRASI budaya Betawi. /ANTARA FOTO

 

 

UTARA TIMES- DKI Jakarta sebagai wilayah ibu kota memiliki jumlah penduduk yang terpadat di Indonesia. Kota ini disebut sebagai kota metropolitan yang menjadi pusat pemerintahan, bisnis, dan politik.

Suku asli yang mendiami wilayah ibu kota dan sekitarnya ini adalah etnis Betawi. Sebagaimana halnya dengan suku bangsa yang lainnya, suku Betawi memiliki keragaman tradisi dan budaya yang khas.

Misal saja budaya dan tradisi yang terkenal dalam masyrakat Betawi seperti Ondel-ondel, Palang Pintu, Lenong, Silat Beksi, dan sebagainya.

Baca Juga: Karya Sastra, Sebuah Realitas Sosial Yang disampaikan dengan Cara berbeda

Baca Juga: Pemerintah Minta Jangan Sampai Ada PHK di Industri Otomotif

Pada kategori makanan seperti Kerak Telor, Bir Pletok, kue Rangi, dan Nasi Uduk. Sebagai wilayah pertemuan, Jakarta tidak hanya didiami oleh etnis Betawi saja, melainkan hampir seluruh etnis di Indonesia baik sebagai pendatang maupun tempat persinggahan untuk bekerja.

Hal ini menyebabkan etnis Betawi mengalami benturan budaya dengan suku bangsa lainnya, baik yang berasal dari Indonesia maupun ras asing seperti Cina, Arab, India, Eropa dan sebagainya.

Baca Juga: 5 Cara Ini Ampuh Mengusir tikus, apa saja?

Menurut Chaer (2012:5) kondisi seperti ini menimbulkan dampak yang baik dan buruk. Dampak baiknya adalah bahwa berbagai macam pertemuan dengan etnis lainnya maka bahasa Betawi akan lebih kaya dengan kosakata dari banyaknya etnis dan ras tersebut, begitu juga dengan campuran budayanya.

Namun, dampak negatinya adalah dengan banyaknya pendatang yang tak terbendung setiap tahunnya akhirnya menimbulkan perkawinan campur antara etnis Betawi dengan etnis lainnya.

Baca Juga: Hakikat Pendidikan Bagi Pelajar Dan Bagaimana Dengan Subtansi Pendidikan Kini

Baca Juga: Musim Hujan, Siap-Siap Beberapa penyakit Ini Menyerang, Obati Dengan Cara Herbal

Hal tersebut akan melahirkan generasi baru yang pada akhirnya generasi tersebut menggunakan bahasa pertamanya yaitu bahasa Indonesia nonformal atau disebut bahasa Indonesia dialek Jakarta, bukan lagi menggunakan bahasa Betawi aslinya.

Abdul Chaer (2017:14) dalam buku Folklor Betawi menjelaskan mengenai bahasa dan variasi lafal bahasa Betawi, yaitu:

1.Bahasa Betawi
Bahasa Betawi memiliki kosakata dan sistem sosial yang khas sehingga berbeda dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Anggapan bahwa dengan menggunakan kata gue dan lu berarti sudah menggunakan bahasa Betawi adalah kekeliruan.

Biasanya juga penggantian bunyi [a] atau [ah] pada akhiran sebuah kata yang berbunyi [e] juga dianggap demikian. terlebih mengganti akhiran dengan –in juga dianggap sebagai bahasa betawi, padahal tidak demikian halnya.

Baca Juga: Misi Mendalam Zionisme, Diaspora Gerakan Politik Merebut Palestina sebagai Tanah Air

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah Pada Hari Ini hingga Rp 14.175 Per dollar

 2.Variasi lafal
Walaupun bahasa Betawi berasal dari bahasa Melayu purba di Kalimantan Barat, akan tetapi wilayah penggunaannya berbeda dengan wilayah di asalnya.

Dialek melayu Betawi digunakan dari Tangerang, Ciputat, Gandaria, Bekasi-Tambun di sebelah Timur dan Pantai Utara Jakarta di sebelah Utara, maka terdapat 4 macam logat Betawi.

Logat I
Wilayah Petamburan dan Tanah Abang. Bunyi [a] atau [ah] akan berubah menjadi [ǝ]. Jadi kata berapa, rumah, kenapa berubah menjadi berapǝ, rumǝ, dan kenapǝ.

Baca Juga: Usai Wamil, Taemin SHINee Berikan Banyak Kejutan Kepada Para Penggemar

Logat II
Wilayah Jatinegara, Kebayoran, dan Kebon Sirih. Lafal bunyi [a] atau [ah] pada akhir kata menjadi bunyi [è]. Jadi, kata apa, berapa, dan rumah menjadi apè, berapè, rumè.

Logat III
Wilayah Karet dan Kuningan. Lafal bunyi [a] atau [ah] pada akhir kata menjadi bunyi bunyi [è]; melafalkan bunyi [ah] pada akhir menjadi [a]. Jadi kata apa dan rumah menjadi apè dan ruma.

Baca Juga: Misi Mendalam Zionisme, Diaspora Gerakan Politik Merebut Palestina sebagai Tanah Air

Logat IV
Wilayah pinggiran seperti Tangerang, Ciputat, Gandaria, Pondok Gede, dan Bekasi. Kata apa,berapa, kenapa, dan darah dilafalkan menjadi apah, berapah, kenapah, dan darah.***

Editor: Anas Bukhori

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x